BAHASA INDONESIA
SEBAGAI PEMBANGUN KARAKTER BANGSA
ESSAY
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
oleh
Vina Puspitasari
XII IPA 2/ 30
SMA NEGERI 1 PURWOREJO
2010/2011
Diriku Bahasaku, Dirimu Bahasamu, Dirinya Bahasanya
Manusia adalah makhluk sosial, dan tindakannya yang pertama serta yang paling penting adalah tindakan sosial yaitu suatu tindakan tempat saling menukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu di dalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen yang umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan anggota masyarakat maka diperlukan komunikasi. Komunikasi mempersatukan individu-individu dalam kelompok-kelompok dengan jalan menghablurkan konsep-konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut tidak akan ada serta dapat bertahan lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa. Dengan perkataan lain masyarakat berada dalam komunikasi linguistik.
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan-kehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya.
Komunikasi tidak akan terjadi tanpa adanya suatu perantara/sarana. Sarana yang paling vital dalam berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi utama sepanjang sejarah kehidupan manusia di dunia ini. Tanpa bahasa seseorang tidak akan mampu mengungkapkan maksud hatinya. Sebenarnya apakah makna bahasa itu? Menurut KBBI (2008), bahasa adalah budi bahasa/perangai serta tutur kata menunjukkan sifat dan tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah/asal/keturunan. Anderson (dalam Tarigan, 1993: 9) mengemukakan adanya 8 prinsip (linguistik) dasar, yaitu:
1) Bahasa adalah suatu sistem
2) Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran)
3) Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbity symbols)
4) Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas
5) Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan
6) Bahasa adalah alat berkomunikasi
7) Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempat berada
8) Bahasa itu berubah-ubah.
Bahasa bersifat dinamis yaitu selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Di zaman purba manusia belum mengenal bahasa lisan karena belum tercipta akibat tingkat peradaban yang masih rendah. Oleh karena itu mereka menggunakan bahasa isyarat. Dengan bahasa tubuhnya itulah mereka bisa berkomunikasi dalam komunitas ditempat mereka menjalankan roda kehidupannya. Seiring berjalannya waktu tingkat peradaban manusia semakin tinggi dan bahasa isyarat dianggap tidak bisa lagi memenuhi semua kebutuhan manusia dalam berkomunikasi. Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi secara luas maka terciptalah bahasa lisan karena bahasa lisan dianggap lebih mampu mengekspresikan gagasan secara nyata dibandingkan bahasa isyarat. Bahasa lisan beraneka ragam mulai dari yang sederhana sampai yang rumit misalnya bahasa ibu, bahasa daerah, bahasa nasional, bahasa internasional, bahasa gaul, dan masih banyak lagi lainnya. Adanya bahasa ibu bisa memudahkan seorang anak untuk mengungkapkan keinginannya dengan bahasa yang sederhana misalnya mau makan mereka bilang ”maem”, mau tidur mereka bilang “bobok”, mau buang air kecil mereka bilang “pipis” dan sebagainya. Bahasa yang digunakan di setiap daerah dinamakan bahasa daerah. Bahasa daerah yang satu dengan yang lainnya akan berbeda karena tradisi, adat kebiasaan, dan masyarakat pendukungnya juga berbeda. Bahasa daerah menunjukkan ciri khas masyarakat daerah itu. Setiap daerah pasti di bawah naungan suatu negara maka muncullah bahasa nasional sebagai bahasa persatuan yang digunakan di seluruh pelosok negeri. Setiap negara tidak bisa menghindar dari derasnya arus globalisasi karena setiap negara tidak akan mungkin menutup diri dari percaturan dunia internasional. Untuk mendukung pergaulan dengan dunia global maka dibutuhkan satu bahasa yang bersifat tunggal dan mendunia. Oleh karena itu ditetapkan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang dipakai di seluruh penjuru dunia untuk mengglobalkan komunikasi. Berkembangnya bahasa lisan juga mendorong ragam bahasa tulis untuk bersemi mengiringinya. Selanjutnya bahasa terus menerus mengembangkan sayapnya untuk mengikuti segala macam perubahan yang terjadi di alam.
Halliday (dalam Tarigan, 1993: 11-14) mengemukakan adanya tujuh jenis fungsi bahasa, yaitu :
1) Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.
2) Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa.
3) Fungsi repersentasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian “menggambarkan” realitas yang terlihat oleh seseorang.
4) Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan sosial. Malinowski mempergunakan istilah “phatic communion” yang mengacu kepada kontak komunikatif antara sesama manusia yang semata-mata mengizinkan mereka mendirikan kontak sosial serta menjaga agar saluran-saluran komunikasi itu tetap terbuka, merupakan bagian dari fungsi interaksional bahasa.
5) Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati sanubarinya.
6) Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi-fungsi heuristik sering kali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban. Fungsi heuristik ini dalam pertanyaan-pertanyaan “mengapa” mengenai dunia sekeliling mereka.
7) Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner. Mengisahkan cerita-cerita dongeng, membuat lelucon-lelucon, atau menulis novel merupakan kegiatan yang mempergunakan fungsi imajinatif bahasa.
Ketujuh fungsi bahasa yang ditelusuri serta dirangkumkan oleh Halliday itu kita sebut dengan istilah sapta guna basa.
Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Demosthenes pernah mengemukakan bahwa “dari bunyinya dapat diketahui apakah sebuah kapal retak atau tidak, begitu pula dari ujaran-ujarannya dapat dibuktikan apakah seseorang itu bijaksana atau bodoh”. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa bahasa yang digunakan oleh seseorang dapat mencerminkan wataknya. Sebaiknya seseorang benar-benar memikirkan setiap kata yang akan diucapkannya karena itu akan mempengaruhi imejnya atau reputasinya di hadapan orang lain.
Karakter sebuah bangsa bergantung pada masyarakat pendukungnya termasuk dalam penggunaan bahasa. Karakter bangsa Indonesia tercermin dari bahasa Indonesia yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menurut KBBI (2008), karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Sedangkan pengertian bangsa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal, keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.(KBBI, 2008).
Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dilakukan ketika Konggres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 tepatnya ketika pencetusan Sumpah Pemuda oleh perwakilan para pemuda dari seluruh wilayah di Indonesia. Salah satu isi dari Sumpah Pemuda yaitu pernyataan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia. Induk dari bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang telah mengalami beberapa penyesuaian supaya sesuai dengan karakter dan jiwa bangsa Indonesia. Pemilihan dan penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sudah melalui pertimbangan yang matang karena dirasa bahasa Melayu tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari rumpun Melayu maka akan lebih sesuai jika menggunakan bahasa Melayu jika dibandingkan dengan bahasa Belanda. Bahasa menunjukkan bangsa. Kata pepatah itu memang benar karena dengan kita mendengar bahasa yang digunakan oleh seseorang maka kita dapat mengetahui atau setidaknya mampu menebak darimana seseorang itu berasal. Bangsa Indonesia yang terkenal ramah, sopan, dan menjunjung tinggi adat ketimuran dapat terlihat perwujudannya melalui penggunaan bahasanya. Misalnya sifat ramah dapat tercermin ketika masyarakat Indonesia saling bertegur sapa jika berpapasan dengan mengucap salam atau sekadar berbasa-basi. Lain halnya dengan masyarakat Eropa walaupun mereka juga berkomunikasi dengan bahasa namun mereka jarang atau bahkan tidak pernah bertegur sapa karena mereka cenderung bersikap cuek jika diantara mereka tidak saling berkepentingan. Bahasa Indonesia juga mengajarkan kesopanan dalam berbahasa. Hal ini dapat kita temui dalam masalah pemilihan kata atau diksi. Sebagai contohnya adalah penggunaan kata “anda” dan “kamu” yang sebenarnya memiliki arti kata yang sama namun kata “anda” cenderung lebih menghargai kepada lawan bicara sehingga digunakan untuk orang yang lebih tua atau lebih terhormat serta pada suasana yang resmi (formal). Sedangkan kata “kamu” digunakan dalam suasana yang lebih santai, akrab, dan biasanya dikatakan pada orang-orang yang sederajat atau sedikit di bawah kedudukan orang yang berbicara. Dalam Bahasa Inggris penyebutan kata “kamu” cukup dengan satu kata yaitu “You” sehingga tidak tampak adanya nilai kesopanan di dalamnya. Bahasa Indonesia juga ikut andil untuk melestarikan budaya ketimuran bangsa Indonesia. Realita hal ini misalnya pada adanya peribahasa atau ungkapan. Adat ketimuran mengajarkan untuk menghargai perasaan orang lain maka untuk mengungkapkan bahwa seseorang itu bodoh karena terlalu banyak omong kosong pengungkapannya tidak secara langsung melainkan dengan peribahasa “air beriak tanda tak dalam” atau “tong kosong berbunyi nyaring”. Hal ini tentu berlainan dengan budaya barat yang berbicara langsung tanpa kiasan. Contoh berikutnya adalah bangsa Indonesia senang dengan budaya gotong-royong sehingga diungkapkan dengan “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”. Selain itu bahasa Indonesia juga menunjukkan bangsa Indonesia yang beraneka ragam budaya dan menghargai kesenian misalnya adanya majas atau gaya bahasa yang merupakan seni berbahasa. Begitulah kekuatan bahasa Indonesia mampu tampil dengan menawan sebagai bahasa nasional sekaligus bahasa persatuan yang mampu membangun karakter bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan bangsa Indonesia bisa dibedakan dengan bangsa lain tidak hanya dari segi fisik saja namun juga dalam hal penggunaan bahasa. Ini dikarenakan bahasa menunjukkan bangsa maka diriku bahasaku, dirimu bahasamu, dan dirinya bahasanya.
INI REFERENSINYA DARI MANA?
BalasHapusINI APAKAH PERKATAAN ANDA SENDIRI ATAU PERKATAAN SIAPA?