Sabtu, 24 Desember 2011

ulasan novel


sang pemimpi.jpgJudul               : Sang Pemimpi

Pen
garang       :  Andrea Hirata

Penerbit
           :  Penerbit Bentang

Tahun
terbit     :  2008

Cetakan
ke      :  19

Tebal buku      :  x + 292 halaman

Andrea hirata adalah seorang pengarang novel yang karya-karyanya mendapatkan respon yang cukup mengagumkan dari masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan dinobatkannya novel tetralogi Laskar Pelangi sebagai national best seller. Dalam novel “Sang Pemimpi” yang merupakan buku kedua tetralogi ini  Andrea menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron adalah tiga tokoh utamanya. Ikal merupakan pencerminan diri dari Andrea Hirata, sedangkan Arai adalah saudara jauh Ikal. Dia seorang yatim piatu yang di kampung Melayu disebut simpai keramat karena dalam satu garis keturunan anggota keluarga terakhir yang masih hidup. Arai kemudian diangkat menjadi saudara angkat Ikal sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya bepergian naik sepeda tiba-tiba ayahnya terkena serangan jantung dan Jimbron pontang-panting membawa ayahnya ke puskesmas dengan panik. Jimbron menjadi trauma karena kejadian itu menyebabkan ayahnya meninggal sebab terlambat mendapatkan penanganan medis. Ia menjadi seorang yatim piatu sejak saat itu. Ia sangat antusias sekali dengan kuda, segala macam kuda ia tahu.
Pada awalnya cerita dalam novel ini lebih bernuansa komikal dengan latar kenakalan remaja pada umumnya. Canda tawa khas siswa SMA sangat kental. Namun lebih dalam menjelajahi setiap makna kata demi kata, terasalah begitu kuat karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu di SMA Negeri Manggar yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli ngambat untuk tetap hidup sambil belajar. Di sekolahnya mereka diajar oleh seorang guru bernama Pak Balia yang baik dan bijaksana. Beliau mengajar kesusastraan di SMA Negeri Manggar. Dalam novel ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa. Beliau berubah menjadi galak karena anak laki-laki kesayangannya tidak diterima di SMA yang dirintisnya ini sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas minimal.
Pada novel ini juga ditampilkan bagian yang bernuansa humor dan menghibur yaitu pada saat Ikal, Arai, dan Jimbron  dihukum oleh Pak Mustar karena telah
menonton film di bioskop dan peraturan ini
merupakan larangan bagi siswa SMA Negeri Manggar. Pada apel Senin pagi mereka barisnya dipisahkan dan mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkan WC.
Pak Balia selalu menyampaikan nasihat yang menginspirasi mereka. Salah satunya yaitu pesan Pak Balia ketika belajar di lapangan sekolah. Pak Balia berkata : Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Disanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban”. (halaman 13). Ikal dan Arai tak berkedip ketika Pak Balia memperlihatkan gambar yang tampak seorang pelukis di  belakang kanvas berdiri menjulang Menara Eiffel yang menunduk memerintahkan Sungai Seine agar membelah diri menjadi dua tepat di kaki-kakinya. Saat itulah mereka mengkristalkan harapan agung dengan statement yang sangat ambisius. Cita-cita mereka adalah mereka ingin sekolah ke Prancis. Ingin menginjakan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika. Dengan perjuangan hidup mesti serba terbatas dan banyak rintangan Ikal dan Arai akhirnya diterima kuliah di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Sedangkan Jimbron tetap di Belitong mengurusi kuda milik Capo yang sudah lama ia impikan.  
Selain menggambarkan betapa superpowernya kekuatan mimpi, pada novel ini Andrea juga menceritakankan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar. Ayah Ikal bekerja di PN Timah Belitong. Ayahnya pendiam tapi kasih sayangnya sangat besar. Dia bersepeda ke Magai 30 kilometer hanya untuk mengambil rapot anaknya. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Di sinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril. Cerita dalam novel ini menjadi semakin menarik dengan adanya kisah cinta Arai dengan Nurmala dan Jimbron dengan Laksmi, lalu perpisahan Jimbron dengan ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta yang akhirnya membuat mereka berdua terpisah. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi. .
Ditulis dalam 18 bab utama, cerita demi cerita terus mengalir menuju konflik puncak dan penyelesaian. Namun cerita tentang perjuangan Arai dan Ikal akan berlanjut di novel ketiga tetralogi Laskar Pelangi yaitu Edensor.  Alur cerita dan gaya bahasa yang disuguhkan oleh Andrea mampu dikemas begitu memukau dari awal hingga akhir. Penulis juga menjelaskan tiap detail latar adegan demi adegan, sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal yang akan terjadi. Ditinjau dari segi intrinsiknya, novel ini bisa dibilang hampir tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Andrea dengan cerdas menggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap karakternya,
Bahasanya menggunakan bahasa Indonesia yang sangat memikat dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi yang luas. Dimulai dari istilah-istilah sains, humor, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di sepanjang halaman.
            Pada dasarnya novel ini lebih banyak kelebihannya. Namun sayangnya terdapat beberapa bagian dalam novel ini yang menceritakan hal-hal yang terlalu berlebihan tentang kuda sehingga menimbulkan kebosanan pada pembaca. Selain itu ada beberapa bahasa melayu yang sulit dimengerti maknanya. Kisah ini cocok dibaca untuk semua kalangan terutama bagi remaja karena novel ini mampu membangkitkan semangat untuk berjuang menggapai cita-cita. Selamat membaca novel ini dan marilah bermimpi setinggi-tingginya!


















Tentang Novel Sang Pemimpi
Biografi Penulis
Andrea Hirata lahir di Belitong pada tanggal 24 Oktober. Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains fisika, biologi, kimia, astronomi dan tentu saja sastra. Sekarang ia tengah mengejar mimpinya untuk tinggal di Kye  Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia. Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi  master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andreadi bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT. Telkom.
Unsur Intrinsik

1.      Tema
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini adalah persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaannya dimana penulis berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.
2.      Latar
2.1. Latar tempat        : Pulau  Magai Balitong, los pasar, dermaga pelabuhan,                           gedung bioskop, SMA Negeri Manggar, terminal Bogor, dan Jakarta.
2.2 .Latar waktu          : Mulai tahun 1985 sampai tahun 1999, pagi, siang,sore, dan malam.
2.3.Latar suasana        : Berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti impian-impian.
3. Penokohan dan Perwatakan
Ikal                  : Baik hati, optimistis, pantang menyerah.
Arai                 : Pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah.
Jimbron           : Polos, gagap bicara, baik, sangat antusias pada kuda.
Pak Balia         : Baik, bijaksana, pintar.
Pak Mustar      : Galak, pemarah, berjiwa keras.
Ibu Ikal           : Baik, penuh kasih sayang.
Ayah Ikal        : Pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana.
Tokoh lain       : Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong Hanim, Capo, Bang  Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik, Zakiah Nurmala, Nurmi dan  Laksmi, Mei Mei, A Siong, Deborah adalah tokoh pendukung dalam  novel ini.

4. Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai masa kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
5. Gaya Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan kata-kata dan  kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
6.  Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap subbabnya yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan.
7. Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu orang pertama pelaku utama. Dimana penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.

Unsur Ekstrinsik
1.      Nilai Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia
kawan yang tinggi.
2. Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam
mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai
batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun masih dapat saling membantu satu sama lain.

3. Nilai Budaya
Nilai budaya di sini juga begitu kental. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli  tambang timah tergambar jelas di novel ini. Sehingga menambah ciri khas budaya Indonesia.
4. Nilai Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas terlihat pada toleransi beragama yang digambarkan pada bagian dimana  Pendeta Geovanny yang mengantarkan Jimbron ke masjid untuk beribadah. Selain itu, terdapat juga  bagian dimana ketiga tokoh ini belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan Islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang mereka patuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar